Selasa, 28 Mei 2013

Cinta Itu Sederhana. Cinta Kamu, Aku.

Resensi Novel "Cinta Kamu, Aku : Ini Bukan Drama Radio" Karya Irfan Ihsan
Oleh : Lisya Christine Ling

Judul Buku: Cinta Kamu, Aku 
Penulis: Irfan Ihsan
Penerbit: Noura Books
Tebal Buku: 320 halaman
Cetakan Pertama, Februari 2013 


"...cinta itu sebenarnya bisa didapat dengan sederhana, di mana saja, jika kita bisa lebih peka, tanpa harus mengorbankan sesuatu yang sudah dimiliki orang lain."

Sebenarnya Risha tahu persis resikonya menjadi orang ketiga. Seperti ia tahu persis bahwa tidak ada yang salah dengan cinta. Bahwa cinta bisa tumbuh di mana saja. Tidak terkecuali di hatinya, yang membuatnya begitu sabar menunggu Yudha mengakhiri sandiwara pernikahannya dengan Ratih dan menyuntingnya selamanya. Setidaknya janji itulah yang ia percaya dari Yudha, penulis lagu-lagunya, orang yang juga paling berjasa membuatnya menjadi bintang dan penyanyi solo yang sukses. Namun, hatinya juga kerap menelan kekecewaan dari janji-janji palsu yang diberikan komponis terkenal itu. Kenyataannya, alih-alih bercerai, Yudha malah tampil kian mesra dengan istrinya. 

Dikuasai emosi, Risha melakukan sebuah kesalahan fatal dengan melibatkan Aan dalam kehidupan cintanya. Di malam sebuah penganugerahan musik bergengsi, demi membalas sakit hatinya melihat kemesraan Yudha dan sang istri, Risha tiba-tiba saja mencium Aan, seorang penyiar radio yang dikenalnya secara tidak sengaja. Sebuah kesalahan yang ternyata mengubah hidupnya 180 derajat.

Istana dan Dua Tetes Minyak : Sebuah Dongeng Tentang Kebahagiaan Sejati


Seorang saudagar mengirim puteranya untuk belajar tentang kebahagiaan sejati dari seorang bijak. Kediaman orang bijak itu ada tengah sebuah gurun. Setelah empat puluh hari empat puluh malam mengembara, Si anak muda itu menemukan kediaman Sang Bijak di sebuah istana megah. Memasuki istana itu si anak sangat terpesona dengan hiruk-pikuk di sana. Hilir-mudiknya para pedagang, orkestra yang terus memainkan musik di sudut istana, ada pula meja yang berisi makanan terlezat dari seluruh dunia.


Si anak berhasil menemukan Sang Bijak yang tengah sibuk berbincang dengan tamu-tamunya yang datang dari berbagai belahan dunia. Setelah dengan sabar menunggu selama lebih dua jam, akhirnya si anak berhasil berbicara pada sang bijak. Orang bijak mendengarkan dengan penuh perhatian maksud kedatangan si anak. Namun, ia mengatakan sedang tidak punya waktu untuk menerangkan pertanyaan-pertanyaan si anak tentang kebahagiaan sejati. Ia lalu menyarankan si anak untuk melihat-lihat isi istana dan kembali lagi dalam dua jam.