Rabu, 10 Juli 2013

Nedera: Selera Internasional dalam Sebuah Drama Aksi Fantasi Asal Lokal

Review Novel Fantasi "Nedera: Negeri Kegelapan" karya Alexia Chen
Oleh: Lisya Christine Ling

Judul Nedera: Negeri Kegelapan
Penulis Alexia Chen
Tebal 416 halaman
Harga Rp 75.000,- 
ISBN 978-979-17998-07-5
Penerbit Dolphin

Sejak kepergian ibu dan ayahnya setahun lalu tanpa alasan jelas, bagi Lyse, tak ada hal yang lebih diinginkan di dunia ini selain berkumpul lagi dengan kedua orang tuanya. Belum lagi sikap dingin dan tertutup, serta overprotektif dari Leofric, kakaknya, sejak kejadian itu, membuat Lyse lebih senang menghabiskan waktu bersama Bibi Carin, adik dari ayah Lyse yang tinggal tak jauh dari rumah mereka di desa Hoven yang tenang. 

Namun ketenangan hidup Lyse semakin terusik lagi dengan kemunculan Skys. Kejadian aneh dan firasat buruk mulai dialami Lyse sejak pertemuan mereka. Suatu kali Lyse dikagetkan dengan serangan deimos, makhluk keji pemangsa manusia yang selama ini diketahuinya hanya ada dalam dongeng. Deimos konon berasal dari dunia kegelapan dan seharusnya terkurung abadi dalam tempat bernama Reigner. Tak pernah terpikir oleh Lyse, perjuangan bersama Skys dan Leofric melawan deimos yang hendak menghancurkan peradaban manusia justru selain menguak teka-teki kepergian orang tuanya, juga membawanya pada kenyataan pahit rahasia jati diri keluarganya yang selama ini tertutup rapat.

Nedera merupakan bagian dari seri fantasi terbesar di Indonesia, Vandaria Saga, yang peluncurannya baru saja diselenggarakan secara meriah di JCC Senayan dalam eventkebudayaan populer seasia, POPCON, 6 Juli 2013 lalu.  Vandaria merupakan proyek anak bangsa tempat penggiat kreatif Indonesia dari berbagai kalangan (novelis, komikus, ilustrator, programer, dll) bersama menciptakan karya-karya dengan latar dunia yang sama: Semesta Vandaria, dengan dasar hikayat yang sama, tetapi dapat berbeda tokoh, tempat, atau waktu. Nah, Vandaria ini terdiri dari berbagai lini produk; novel fantasi, trading card games, komik, dan game RPG. Namun tentu saja, kebebasan kreatifitas tetap pada penulis selama sesuai dengan pakem dasar. 

Pertama kali membaca naskah Nedera sebelum bertransformasi ke dalam  bentuk buku, komentar pertama yang saya untuk penulisnya, ya ampun, ini keren! Pake banget! Saya serasa membaca sebuah novel terjemahan. Meskipun Nedera adalah karya debutnya, membaca setiap baris gaya bercerita Alexia Chen seperti memaksa saya mengingat JK Rowling dan Stephenie Meyer. Satu lagi yang paling saya acungi jempol -pake semua jempol yang saya punya, kalau bisa-, adalah narasi pada adegan action-nya. Alexia Chen dengan detilnya berhasil menggambarkan kemampuan aksi ketiga tokoh jagoan Skys, Leofric, dan Lyse kala bertarung menghadapi para deimos. 

Yang tak kalah menarik juga adalah drama-drama yang menghiasi sepanjang cerita. Mulai dari selipan humor yang muncul melalui dialog-dialog antara Skys dan Leofric yang nyaris selalu berselisih, sampai narasi yang menggambarkan sisi romantisme tokoh Lyse. Terus terang bagian terakhir ini sempat menjadi misteri, entah kenapa selalu membuat saya berulang kali melirik tumpukan harlequin koleksi saya. Syukurlah teka-teki ini kemudian terjawab ketika saya bertemu dengan penulisnya. Ternyata kami sehati, sama-sama pengagum Sandra Brown! *toast*.

Mungkin yang membuat saya mengerutkan kening saat membaca Nedera adalah beberapa dialog panjang yang terkesan memaksakan muatan "informasi". Menurut saya, sepertinya tidak begitu mengganggu seandainya sebagian informasi itu dituangkan dalam narasi saja. Untuk latar, munculnya istilah-istilah untuk tumbuhan fantasi, seperti pohon dan buah, nampak seperti asal muncul saja, saya sebenarnya berharap mestinya bisa lebih "dipoles" hingga nampak memiliki setidaknya sebuah "peran" atau "hubungan" dengan sebagian atau keseluruhan cerita. 

Warna dominasi biru dengan efek motif pada kaver buku ditambah simbol pentagram berpendar terkesan sangat eye catching. Pemilihan ilustrasi yang ditampilkan di beberapa bagian buku ini pun cukup menarik, membuat suasana membaca tidak membosankan. Walaupun sebenarnya saya berharap  (ih, lagi-lagi ngarep) ada ilustrasi untuk tokoh Rococo. Nah, lho. Siapa lagi tuh, Rococo? Makanya baca, dong! Hehehe.. Pokoknya, secara keseluruhan novel ini sangat menghibur, deh. Jelas bukan tipe novel yang bisa dibaca sepotong-sepotong, bahkan ditinggal sebelum selesai karena bosan. 

Harus diakui masih ditemui beberapa kesalahan typo dan tanda baca. Iya, ampuni saya, para sesepuh Vandaria dan pembaca yang budiman. Sayalah yang bertanggungjawab atas ketidaksempuraan ini. Demi segala Vanadis di langit Vandaria, saya berdoa semoga Nedera bukanlah karir pertama dan terakhir saya sebagai pemindai aksara (yaelah, pesan pribadi.). Kepada Alexia Chen sang penulis, kami tunggu karyamu selanjutnya! Jia you!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar